PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kota Makkah dan Madinah merupakan dua kota yang sangat
bersejarah sepanjang lahirnya Islam hingga berjaya dan tersebarnya keseluruh
penjuru dunia. Bagaimana tidak, dakwah Rasulullah SAW
yang berbenderakan Islam, lahir dan mulai berkembang di dua kota tersebut.
Sejarah
dan perjuangan dakwah Nabi SAW dalam menyampaikan risalah dari Allah SWT sejak
diutusnya menjadi Rasul di usia 40 tahun di kota Makkah hingga wafatnya di usia
63 tahun di kota Madinah, mengandung banyak hikmah, pelajaran dan contoh bagi
setiap umat, lebih-lebih bagi para penerus perjuangan dakwah Nabi SAW, yaitu para ulama dan pejuang Islam.
Namun pada kenyataannya, masih banyak ditemukan di
lapangan sekelompok orang yang mengaku sebagai penerus panji-panji Islam, tapi
tidak berasaskan pada dasar-dasar yang telah dicontohkan oleh sebaik-baik
panutan. Padahal Allah sendiri menegaskan dalam firman-Nya:
Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS.
Al-Ahzab [33]: 21).
Ketidak tepatan dalam mengonsep strategi dakwah
seperti hal di atas disebabkan oleh minimnya pengetahuan dan pemahaman terhadap
nilai-nilai dakwah yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Dengan
demikian, sebagai penerus tongkat estafet dakwah Rasulullah SAW, sudah
seharusnyalah mengerti dan memahami bagaimana konsep dakwah yang sesuai dan
diterima di sisi Allah dan Rasul-Nya serta umat manusia secara keseluruhan.
Makalah
ini akan membahas secara singkat tentang bagaimana karakteristik dakwah Nabi
SAW, baik periode Makkah maupun Madinah dan hal-hal terkait di dalamnya. Sesuai
dengan permaslahan tersebut, maka makalah ini pun berjudul “DAKWAH NABI SAW PERIODE MAKKAH
DAN MADINAH”.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana dakwah Nabi SAW. di Makkah?
2.
Bagaimana dakwah Nabi SAW. di Madinah?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis pada makalah ini adalah untuk:
1.
Mengetahui bagaimana dakwah
Nabi di kota Makkah.
2.
Mengetahui bagaiman dakwah Nabi di kota Madinah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Dakwah Nabi di Makkah
1. Rasulullah
SAW dan tujuan pengutusannya
Nabi Muhammad SAW adalah seorang rasul yang diutus
oleh Allah untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliah menuju kehidupan
madani yang terang benderang, memberi kabar gembira bagi yang mengikuti
ajarannya dan peringatan bagi yang mengingkarinya.[1]
2. Kondisi
objektif masyarakat Arab saat diutusnya Rasulullah SAW
Kondisi
masyarakat Arab sebelum diutusnya Rasulullah berada dipuncak kekacauan,
sehingga masa itu sering disebut sebagai masa jahiliah atau masa kebodohan.
Kondisi keagamaan, politik, sosial maupun ekonomi sangat kacau dan rusak.[2]
3. Materi
dakwah Rasulullah SAW
Demi
menciptakan
umat yang berakhlak, Rasulullah memulai aktivitasnya dengan menyemaikan benih
tauhid ke dalam hati-hati para sahabatnya. Pernyataan ini didukung oleh
ayat-ayat Makiyyah yang merupakan isi
dari materi dakwah yang Rasulullah sampaikan.
Adapun
materi dakwah Rasulullah periode Makkah, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Tauhid;
b. Iman
kepada hari kiamat;
c. Pembersihan
jiwa;
d. Tawakal.
Selain
itu, Rasulullah juga memberikan perhatian terhadap permasalahan sosial, seperti
anjuran beliau dalam memerdekakan perbudakan, memberi makan orang yang
kelaparan, memperhatikan anak-anak yatim dan orang-orang fakir dan miskin.[3]
4. Metode
dakwah Rasulullah SAW
Dalam
perjalanan sejarah, Rasulullah tercatat sebagai manusia yang paling sukses
dalam menyebarkan ajarannya. Langkah-langkah gemilang yang diambil oleh
Rasulullah membuahkan hasil yang maksimal. Tahapan-tahapan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Dakwah
secara rahasia
Dalam
tahap ini Rasulullah mulai menyerukan dakwahnya secara sembunyi-sembunyi kepada
keluarganya yang terdekat, khususnya yang telah matang dalam padangan dan
pemikirannya. Tahap ini berjalan selama kurang lebih tiga tahun.[4]
Beberapa
diantara orang-orang yang pertama kali menerima seruan Rasulullah adalah
istrinya Khadijah, kemudian Ali, Abu Bakar, Usman, Abdur Rahman, Zaid, Zubair
dan Thalhah.[5]
b. Dakwah
secara terang-terangan
Pada tahapan ini Rasulullah mulai berdakwah secara terang-terangan.
Metode yang digunakan Rasulullah pada masa ini diantaranya:[6]
1.
Mengundang
Bani Hasyim datang kerumahnya dan memberikan penjelasan kepada mereka tentang
keRasulullahannya.
2.
Mengundang
seluruh masyarakat Quraisy ke Bukit Shafa dan menjelaskan secara langsung
kepada mereka perihal kenabiannya.
3.
Bersikap
tegas terhadap ajarannya dan mengecam keyakinan keliru yang tersebar di
masyarakat.
c. Dakwah
di luar Makkah
Aktivitas dakwah yang Rasulullah lakukan di masa ini di antaranya
adalah:[7]
1.
Menyerukan
Islam kepada kabilah-kabilah yang ada di Thaif bersama Zaid bin Haritsah.
Perjalanan dakwah ke Thaif tidak
membuahkan hasil dan tidak mendapat respon dari para penduduk;
2.
Bai’at
Aqabah I;
3.
Ba’at
Aqabah II.
5. Sarana
dakwah Rasulullah SAW
Secara umum sarana dakwah Rasulullah terdiri atas sarana fisik dan
nonfisik.[8]
a.
Sarana
fisik, diantaranya adalah:
1.
Masjidlharam
sebagai simbol kekuatan;
2.
Bukit
Shafa sebagai tempat pertemuan umum;
3.
Rumah
sebagai tempat pengkaderan para sahabat.
b.
Sarana
nonfisik, diantaranya adalah:
1.
Hubungan
Rasulullah yang sangat dekat dengan Allah;
2.
Kepribadian
luhur dan kejujuran Rasulullah;
3.
Kewaspadaan
dan kehati-hatian.
6. Problematika
dakwah Rasulullah SAW
Perjalan dakwah Rasulullah tidaklah selalu mulus. Tidak jarang
Rasulullah mendapat perlakuan kasar dari kaumnya. Tahapan yang dilalui
Rasulullah dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:[9]
a.
Perlakuan
halus, diantaranya:
1.
Negosiasi
kepada Abu Thalib agar Rasulullah menghentikan dakwahnya;
2.
Memberikan
tawaran kepada Rasulullah apa saja yang beliau inginkan jika Rasulullah mau
menghentikan dakwahnya;
3.
Menawarkan
ibadah secara bergantian.
b.
Perlakuan
kasar, diantaranya:
1.
Menghina,
mendustakan dan menuduh Rasulullah sebagai orang gila;
2.
Melakukan
propaganda palsu dengan menyatakan bahwa ajaran Rasulullah hanyalah sekedar
dongeng belaka.
c.
Perlakuan
sangat kasar, diantaranya:
1.
Penyiksaan
terhadap para sahabat;
2.
Melakukan
blokade;
3.
Upaya
pembunuhan Rasulullah.
B.
Dakwah Nabi di Madinah
1. Hijrah
sebagai metode dakwah
Pada tahun ketiga, datang kepada Rasulullah tujuh puluh dua orang
utusan dari Madinah. Mereka mengadakan pertemuan[10]
dengan Rasulullah dan membahas tentang keadaan Rasulullah dan para sahabat,
serta mengajak agar bisa hijrah ke Madinah.
Para sahabat pun segera berhijrah secara bergelombang, sedang
Rasulullah masih menanti perintah dari Allah SWT. Setelah perintah turun,
Rasulullah pun berhijrah bersama sahabat Abu Bakar.
Gerakan hijrah menuangkan keberhasilan yang besar bagi kaum
muslimin. Di Madinah mereka mulai menerapkan sistem kehidupan baru berasaskan Islam,
baik dalam bidang politik, sosial dan lain sebagainya.[11]
2. Negara
Madinah Sebagai sarana baru Dakwah Nabi SAW
Perbedaan kondisi menyebabkan perubahan-perubahan terhadap dakwah
Rasulullah. Ketika pemerintahan Madinah terbentuk, Rasulullah mulai mencanangkan
tiga program, yaitu:[12]
a.
Membangun
masjid
b.
Manjalin
persatuan antar sesama muslim
c.
Menata
pola hubungan antara kaum muslimin dan nonmuslim[13]
3. Perintah
jihad
Syariat jihad diturunkan setelah berlangsungnya hijrah. Kaum
muslimin diizinkan untuk melakukan perang guna mengamankan dan memelihara
dakwah dari bahaya dan ancaman, sehingga tidak menimbulkan rasa takut dan
kawatir bagi orang yang ingin memeluk Islam.[14]
Setelah syariat jihad diturunkan oleh Allah, peperangan terjadi berturut-turut dianataranya
perang Badar, Uhud, Khandak dan seterusnya hingga wilayah Islam meluas sampai
meliputi seluruh Jazirah Arab, Irak selatan dan Palestina.[15]